Letung, Jemaja.
pertemuan adalah takdir |
Sebuah pertanyaan yang
sulit yang membuat aku terdiam beberapa saat. Mengapa kita harus bertemu 2,5
tahun lalu. Sebuah pertanyaan yang membuat aku memiliki berpuluh pertanyaan
lain dikepalaku. Saat dia menyakan pertanyaan ini, entah mengapa aku kembali
berpikir. Mengapa kita harus bertemu 2,5 tahun lalu??
Kami kuliah disatu
universitas, satu fakultas, satu gedung walau beda jurusan. Semestinya aku dan
dia telah bertemu jauh hari, saat dia baru masuk kuliah. Ya, disaat aku masih
rajin mengunjungi BEM(badan eksekutif mahasiswa) FKIP. Semestinya kita telah
bertemu disana, saling kenal, saling suka, lalu kita jadian dan sekarang
mungkin sudah hampir empat tahun kita pacaran. Lalu, mengapakah tidak?
Aku juga berpikir,
mengapalah kami tidak berjumpa disaat kami sama-sama berkarya di UKM(unit
Kegiatan Mahasiswa)? Memang bidang kami berbeda, aku UKM Pramuka dan dia UKM
Silat dan UKM Teater Nol, walau beda UKM, nsamun semua UKM itu berkantor dan
berdiam di satu tempat. Semua UKM sama-sama berdiam di gelanggang mahasiswa.
Lalu mengapalah kami tidak pernah berjumpa?
Saat pertama berjumpa
itu, aku masih ingat betul. Kantor camat darussalam, kondisi penuh sesak dengan
orang-orang yang sedang membuat KK, Akta kelahiran anak, serta KTP. Maklum,
masa itu adalahmasa-masa pemutihan. Jadi tidak ada biaya dan tidak perlu
mengurus ke pengadilan untuk anak yang sudah dewasa. Saking banyaknya orang,
tempat duduk untuk menunggu sudah penuh. Namun tampa sengaja, aku berbasa-basi
dengan seorang wanita yang menurut aku cantik. Ya, wanita itu adalah dia. Si
“Bunda”. Bukankah ini sebuah pertanyaan? Disekian banyak orang dikantor camat
Darussalam pada saat itu, mengapalah aku harus berbicara dengan “Bunda”?
Setelah urusan selesai,
aku pulang, dia pulang, kami pulang. Aku pulang tampa tau namanya, aku pulang
tampa meminta nomor HP-nya, bukankah biasanya jika sudah begini, maka pertemuan
tadi tidak akan terulang, lalu kami saling melupakan pernah berjumpa. Bukankah
begitu semestinya? Namun ternyata takdir berkata, “Berjumpalah Kalian”. Pada
sore hari setelah paginya berjumpa dia di kantor camat, aku bertemu dengannya
lagi. Di gelanggang mahasiswa. Tempat yang semestinya mempertemukan kami
bertahun lalu, mengapa baru pada hari itu memperjumpakan kami?
Jika dipikir sepintas,
memang semua tidak masuk akal, berjumpa dan tidak berjumpa seakan hanya
permainan takdir. Namun, jika kita berdiam sebentar, lalu sedikit merenung,
maka jawaban terbaik akan muncul. Jawaban itu disebut “Kedewasaan”.
Bisa saja kami berjumpa
diawal dia kuliah, namun pastinya hubungan kami tidaklah lama, karena pada masa
itu, kami berdua belum memiliki keteguhan cinta. Masih bermain-main dalam
berpacaran. Sehingga jika saat itu aku dan dia adalah pasangan. Maka tidak lama
kami berpisah.
Allah tau masa terbaik,
disaat aku dan dia telah menengguk kemapanan hati, saat kedewasaan telah
memenuhi dada. Maka, pada saat itulah kami dipertemukan takdir, untuk kemudian
saling mencintai dan mengasihi. Mengapa dipertemukan 2,5 tahun lalu, jawabannya
karena itu adalah waktu yang tepat bagi kita. Percayalah.
Leave a comment